a.Pengertian
Menurut
Perry & Potter 2005 Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis
normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan
mengenai organ tertentu.
b.Klasifikasi
Luka
Perry
Potter 2005, memberikan gambaran berbagai klasifikasi luka sehingga memudahkan
perawat memahami resiko yang berhubungan dengan luka
1)Status
Integritas Kulit
i)Luka
Terbuka
Luka melibatkan
robekan pada kulit atau membran mukosa.
ii)Luka
tertutup
Luka
tanpa robekan pada kulit
iii)Luka
Akut
Luka yang
mengalami proses penyembuhan, yang terjadi akibat proses perbaikan integritas
fungsi dan anatomi secara terus menerus, sesuai dengan tahap dan waktu yang
normal.
iv)Luka
Kronik
Luka yang gagal
melewati proses perbaikan untuk mengembalikan integritas fungsi dan anatomi
sesuai dengan tahap dan waktu yang normal.
2)Penyebab
i)Disengaja
Luka
akibat terapi
ii)Tidak
Disengaja
Luka yang
terjadi tanpa diharapkan.
3)Tingkat
Keparahan
i)Permukaan
Luka
hanya mengenai lapisan epidermis
ii)Penetrasi
Luka yang
menyebabkan rusaknya lapisan epidermis, dermis dan jaringan atau organ yang
lebih dalam.
iii)Perforasi
iv)Luka
penetrasi akibat adanya benda asing yang masuk ke dalam dan keluar dari organ
dalam.
4)Tingkat
Kebersihan
i)Clean Wounds (Luka bersih),
yaitu luka bedah tidak terinfeksi, kemungkinan infeksi luka sekitar 1% - 5%.
ii)Clean-contamined Wounds
(Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran
respirasi, pencernaan, urogenital dalam kondisi terkontrol,kemungkinan timbulnya
infeksi luka adalah 3% - 11%.
iii)Contamined Wounds (Luka
terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan atau
operasi dengan teknik aseptik atau terkontaminasi dari saluran respirasi,
pencernaan, urogenital.Kemungkinan infeksi 10% - 17%.
iv)Dirty
or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
c.Komplikasi
Luka
Perry
& Potter 2005, menyampaikan bahwa terdapat komplikasi luka yaitu :
1)Hematoma
(Hemorrhage)
Perawat harus
mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan dapat diinspeksi
terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama setelah pembedahan.
2)Infeksi
(Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi
luka timbul akibat infeksi nosokomial di rumah sakit. Proses peradangan
biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut nadi dan temperatur tubuh meningkat,
sel darah putih meningkat, lukamenjadi bengkak, hangat dan nyeri.
3)Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah
rusaknya luka bedah sedangkan Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka
4)Keloid
Merupakan
jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini biasanya muncul tidak
terduga dan tidak pada setiap orang.
d.Proses
Penyembuhan Luka
Tubuh
secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan “proses peradangan”,
yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi
(impaired function).
Proses
penyembuhannya mencakup beberapa fase :
1)Fase
Inflamasi
Fase inflamasi
adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang
terjadi pada jaringan lunak. Tujuanya adalah menghentikan perdarahan dan
membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Kerusakan pembuluh
darah akan mengeluarkan platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet
akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan mengakibatkan pembuluh darah
kapiler vasokonstriksi. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan
terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve endding),
local reflex action
dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin).
Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena dan secara klinis fase
inflamasi ini ditandai dengan : eritema,
hangat pada kulit, oedema
dan rasa sakit berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2)Fase
Proliferatif
Proses kegiatan
seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan
ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas bertanggung jawab menghasilkan
produk struktur protein yang digunakan selama proses reonstruksi jaringan baru
mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin
dan proteoglycans) Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal
bakal jaringan baru (connective
tissue matrix). Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam
didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi”.
3)Fase
Maturasi
Fase ini dimulai
pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.
Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru
menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan serat fibrin dari kolagen bertambah
banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Luka dikatakan
sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu
atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Outcome atau hasil yang
dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi
serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat
dibandingkan dengan kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes melitus).
e.Faktor
yang mempengaruhi penyembuhan luka
Faktor yang Mempercepat Penyembuhan Luka menurut Kozier.
et al, 1995 yaitu
1)Pertimbangan
Perkembangan
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih
cepat dari pada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis,
penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
2)Nutrisi
Penyembuhan
menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diet kaya
protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan
penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3)Infeksi
Infeksi
luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4)Sirkulasi dan Oksigenasi
Kondisi
fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan
dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang
yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu,
lebih mudah infeksi, danlama untuk sembuh. Penderita
gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.
5)Keadaan Luka
Keadaan
khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka.
Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
6)Obat
Obat anti
inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
3.KONSEP
DASAR INFEKSI LUKA OPERASI
MenurutDjojosugito,
et al (1989) dalam Iwan 2008 luka operasi dinyatakan infeksibila didapat pus
pada luka operasi,bila temperatur > 37,5 ° C pada axiler, keluar cairan
serous (exudat) dari luka operasi, sekitar luka operasi oedema dan kemerahan.
Menurut
Dealay 2005, infeksi yang terjadi pada luka operasi bersih biasanya akan
digunakan sebagai dasar untuk memonitor faktor lain yang dapat menyebabkan
infeksi.
4.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFEKSI LUKA OPERASI
Menurut
Delay, 2005 faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi luka operasi adalah :
a.Enviroment
1)Lamanya Waktu
Tunggu Pre Operasi Di Rumah Sakit
Menurut
Haleydalam Iwan 2008 mengatakan bahwa bertambah lama perawatan sebelum operasi
akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi nosokomial dimana perawatan lebih
dari 7 hari pre operasi akan meningkatkan kejadian infeksi pasca bedah dan
kejadian tertinggi didapat pada lama perawatan 7 - 13 hari (dikutip oleh
Hadibrata, 1989 : 17). Hasil penelitian infection
rate kira-kira 2 kali lebih besar setelah dirawat 2 minggu dan 3
kali lebih besar setelah dirawat selama 3 minggu dibandingkan bila dirawat 1-3
hari sebelum operasi. Lamanya operasi mempengaruhi resiko terkena
infeksinosokomial, semakin lama waktu operasimakin tinggi resiko terjadinya
infeksi nosokomial.
Menurut
Iwan 2008, lingkungan rumah sakit adalah reservoir mikroorganisme dan merupakan
salah satu sumber infeksi. Resiko peningkatan infeksi terjadi pada waktu rawat
yang panjang. Hasil penelitian infection
rate kira-kira 2 kali lebih besar setelah dirawat 2 minggu dan 3
kali lebih besar setelah dirawat 3 minggu dibandingkan dirawat 1-3 hari sebelum
operasi. Menurut Cruse dan Foord terdapat hubungan antara lama hospitalisasi
sebelum operasi dengan insiden infeksi luka operasi. Angka infeksi mencapai 1,2
% pada klien yang dirawat 1 hari, 2,1 % pada klien yang dirawat 1 minggu, dan
3,4 % pada klien yang dirawat 2 minggu (Malangoni, 1997 : 142).
Oleh
karena itu sebaiknya waktu rawat sebelum operasi diupayakan sesingkat mungkin.
Pemeriksaaan dan pengobatan untuk persiapan operasi hendaknya dilakukan sebelum
rawat inap agar waktu pra bedah menjadi pendek.
Menurut
Iwan 2008, penderita yang dirawat di rumah sakit pada ruang perawatan dengan
jumlah tempat tidur yang berlebihan memudahkan terjadinya infeksi nosokomial
dan makin banyak penderita yang berada pada satu ruangan makin rentan
terjadinya kontak sesama penderita. Perawatan beberapa macam penyakit menular
di dalam suatu ruangan akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi nosokomial.
2)Teknik
septik antiseptik
Menurut
Iwan 2008, transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan
menjaga higiene dari tangan. Selain itu, penggunaan sarung tangan sangat
dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan
penyakit-penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah: Memakai sarung tangan
ketika melakukan tindakan dan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh,
atau keringat, tinja, urin, membran mukosa dan bahan yang kita anggap telah
terkontaminasi, dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
Baju
khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita
melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan
feses.
Menurut
Rondhianto 2008, terdapat prinsip umum teknik aseptik ruang operasi yaitu :
(a) Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan
asepsis adalah suatu usaha agar dicapainya keadaan yang memungkinkan
terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara
kimiawi, mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan
antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua
inplan, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker,
topi dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/ melakukan desinfeksikulit
(b)
Prinsip asepsis personel
Teknik persiapan
personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik peggunaan
gaun operasi), dan Gloving
(teknik pemakaian sarung tangan steril), hal ini diperlukan untuk meghindarkan
bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan
(infeksi nosokomial).
Disamping sebagai
cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut juga
digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya
yang didapatkan akibat prosedur tindakan yang di lakukan.
(c)
Prinsip asepsis pasien
Pasien yang akan
menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan melakukan
berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril.
Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan
operasi dan tindakan drapping.
(d)
Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah
yang digunakan untuk pembedahan pasien harus benar-benar berada dalam keadaan
steril.
3)Ventilasi
Ruang Operasi
Untuk
mencegah kontaminasi udara pada kamar operasi, direkomendasikan ventilasi
mekanik. System AC diatur 20-24 per jam. Dengan desain yang benar dan kontrol
yang baik dari pergerakan staff maka kontaminasi udara dapat ditekan dibawah
100 cfu/m3 selama operasi.Jika ditemukan kebersihan udara
b.Pasien
1)Umur
Menururt
Purwandari 2006, bayi mempunyai pertahanan yang lemah terhadap infeksi, lahir
mempunyai antibody dari ibu, sedangkan system imunnya masih imatur. Dewasa awal
sistem imun telah memberikan pertahanan pada bakteri yang menginvasi. Pada usia
lanjut, karena fungsi dan organ tubuh mengalami penurunan, system imun juga
mengalami perubahan.Peningkatan infeksi nosokomial juga sesuai dengan umur
dimana pada usia 65 tahun kejadian infeksi tiga kali lebih sering daripada usia
muda.
2)Nutrisi
& Berat Badan
Menurut
Williams & Barbul, 2003 dalam Dealay 2005 bahwa ada hubungan yang bermakna
antara penyembuhan luka operasi dengan status nutrisi.
Sedangkan
menurut Rondhianto 2008, Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan
dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang
paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi, demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa
mengakibatkan kematian.
3)Penyakit
Menurut
Perry & Potter 2005, pada pasien dengan dibetes mellitus terjadi hambatan
terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh yang berakibat rentan terhadap infeksi.
Menurut
Nawasasi 2008, Pasien dengan operasi usus , jika ia juga memiliki penyakit lain
seperti TBC, DM , malnutrisi dll maka penyakit-penyakit tersebut tentu saja
amat sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu
proses penyembuhan luka operasi.
Iwan
2008, menyampaikan bahwa Faktor daya tahan tubuh yang menurun dapat menimbulkan
resiko terkena infeksi nosokomial. Pasien dengan gannguan penurunan daya tahan:
immunologik. Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi
tubuh terhadap infeksi.
4)Obat-obat
yang digunakan
Menurut
Iwan 2008, di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis,
ada pula bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses
fisiologis tubuh. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan tubuh orang sehat
yang dapat mengendalikan jasad renik oportunis perlu diidentifikasi secara
tuntas. Dengan demikian bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita
penyakit berat dapat diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.
Menurut
Iwan 2008, Pencegahan infeksi pasca bedah pada klien dengan operasi bersih
terkontaminasi, terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih dengan penggunaan
antimikroba profilaksis diakui sebagai prinsip bedah. Pada pasien dengan
operasi terkontaminasi dan operasi kotor, profilaksis bukan satu-satunya
pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar operasi, bertujuan mengontrol
penyebaran infeksi pada saat pembedahan.Pada pasien dengan operasi bersih
terkontaminasi, tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada
pada jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.
Tujuan
terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan infeksi dengan
menghambat mikroorganisme. CDC merekomendasikan parenteral antibiotik
profilaksis seharusnya dimulai dalam 2 jam sebelum operasi untuk menghasilkan
efek terapi selama operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada luka
operasi bersih dan bersih terkontaminasi tidak diberikan dosis tambahan post operasi
karena dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik .Bernard dan
Cole, Polk Lopez-Mayormembuktikan keefektifan antibiotik profilaksis sebelum
operasi dalam pencegahan infeksi post operasi elektif bersih terkontaminasi dan
antibiotik yang diberikan setelah operasi tidak mempunyai efek profilaksis
(Bennet, J.V, Brachman, P, 1992 : 688).
Menurut
Depkes (1993) dalam Iwan 2008 ,antibiotik profilaksis diberikan secara sistemik
harus memenuhi syarat
i.Tepat
dosis
ii.2)Tepat
indikasi (hanya untuk operasi bersih terkontaminasi, pemakaian implant dan
protesis, atau operasi dengan resiko tinggi seperti bedah vaskuler, atau bedah
jantung).
iii.Tepat
cara pemberian harus diberikan secara I.V. 2 jam sebelum insisi dilakukan .
iv.Tepat
jenis (sesuai dengan mikroorganisme yang sering menjadi penyebab Infeksi Luka
Operasi).
5)Kondisi
Luka
Kondisi
luka pada pre operasi ikut berperan dalam terjadinya infeksi. Luka terbuka
karena adanya kecelakaan maka lebih beresiko terjadinya infeksi luka operasi.
6)Pencukuran
,Pencucian dan pengompresan
Menurut
Iwan 2008, pencukuran merupakan sumber kontaminasi dari area pembedahan dan
mengakibatkan trauma kulit sehingga mikroorganisme resident (flora normal)
keluar dari bawah permukaan kulit dan menjadi pathogen yang dapat mengkontaminasi
luka. Pencukuran menyebabkan adanya potensi infeksi.
Menurut
Atkinson, L.J, Kohn, M.L. (1995) dalam Iwan 2008, mikroorganisme yang transient
dapat diangkat dengan pencucian secara mekanik. Sedangkan mikroorganisme yang
resident dapat ditekan pertumbuhannya dengan pencucian kimiawi dalam hal ini
pengunaan antiseptik dalam konsentrasi tertentu. Pencucian daerah suprapubik
dan genitalia menggunakan savlon (hibiscrub 4 %). Konsentrasi 4 %dapat
memberikan efek antimikroba terhadap gram positif dan gram negatif. Bila tidak
memungkinkan, bisa menggunakan bahan yang tidak merangsang seperti sabun.
Antiseptik
yang dianjurkan untuk membilas adalah :
i.Chlorhexidine
gluconate 4 % (Hibitane, Hibiscrub)
Konsentrasi
4 % dari Chlorhexidine gluconate
ii.Povidone-iodine
10 %
Detergen
iodine-kompleks dengan nama lain iodophor. Pembersih yang efektif, iodophor
juga meninggalkan efek yang tidak merusak kulit. Povidone-iodine membunuh
dengan efektif gram positif demikian juga gram negatif. Kemampuan membunuh
dapat dipertahankan dalam 8 jam.
iii.Hexachlorophene
0,1 %
Tipe ini paling
efektif setelah terbentuk aksi supresi yang disebabkan oleh penggunaan yang
teratur. Lapisan residual pada kulit efektif untuk mencegah proliferasi gram
positif, tetapi tidak efektif untuk menekan proliferasi gram negatif. Aksi dari
agen ini dapat dirusak oleh alkohol.
iv.Triclosan
1 %
Larutan triclosan
1 % adalah agen antimikroba yang tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan
menghambat pertumbuhan kuman gram positif dan negatif. Triclosan
berkembang baik pada aksi kumulatif supresi apabila digunakan secara rutin.
Triclosan dicampur dengan lanolin dan petrolatum dalam bentuk krim, sabun
halus. Triclosan dapat digunakan oleh orang yang sensitif terhadap antiseptik
lain.
v.Alkohol
70 %
Agen ini bekerja
cepat serta bersifat bakterisida terhadap gram positif dan gram negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar